Minggu, 05 Desember 2010

Organisme penggangu tanaman

TUGAS TERSTRUKTUR
ORGANISME PENYAKIT TUMBUHAN


PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN KAPAS











Oleh:
Murtina Purba: A1L009083






KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
PENDAHULUAN

Kapas

Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil. Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya).
Tanaman kapas diduga berasal dari Asia, Afrika, Australia, dan Amerika. Tanaman kapas telah lama dikenal dan dibudidayakan sejak zaman prasejarah. Di India (di lembah Sungai Indus) telah dikenal sekitar 3000 tahun sebelum Masehi dan digunakan untuk bahan baku tekstil (Poehlman, 1977; AAK. 1983). Kapas juga telah digunakan di Asia Kecil, Ethiopia, dan Afrika Timur. Bahkan menurut Harlan dalam Lee (1984) di sekitar Asia Kecil (Timur Dekat) kapas telah dibudidayakan sejak tahun 7000 sebelum Masehi. Kapas masuk ke Eropa melalui Spanyol, dibawa oleh bangsa Moor. Di Cina telah dikenal sejak abad ke-7 dan di Amerika telah digunakan oleh suku Aztek dan Inca. Di Amerika terutama di Peru dan Meksiko tanaman kapas sebagai bahan baku pakaian telah dikenal jauh sebelum bangsa Eropa menemukan Amerika (Poehlman, 1977).
Serat kapas merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto) produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala panas (menyerap keringat).

Klasifikasi ilmiah pada pohon kapas:

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : MalvaceaeSpesies: Tempo Gossypium






















BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Pada pengertian patogen telah dijelaskan bahwa patogen merupakan organisme yang mengakibatkan tanaman menderita. Menderita dalam arti umum adalah merasakan sakit dan gelisah, akan tetapi tumbuhan tidak dapat merasakan sakit dan gelisah. Tumbuhan mengekpresikan penderitaan tersebut kepada kita berupa perubahan proses fisiologi yang terus menerus (kontinyu) dan perubahan struktural. Oleh karena itu, tumbuhan yang mengalami perubahan kontinyu pada proses fisiologi dan strukturannya dikategorikan sebagai tumbuhan yang menderita penyakit. Proses perubahannya disebut penyakit atau secara umum disebut gangguan. Penyebab peyakit atau penyebab gangguan disebut patogen, dan ekspresi perubahan tanaman disebut gejala. Oleh karena itu, pemberian nama penyakit secara umum dapat didasarkan kepada nama patogen, nama gejala, nama bagian tanaman yang bergejala atau kombinasinya dan keterangan lain, misalnya penyakit layu Fusarium oxysporum pada tanaman kapas.

B. ARTI PENTING

Penyakit merupakan salah satu kendala produksi kapas. Salah satu penyakit yang potensial menimbulkan kerugian adalah penyakit layu. Salah satu bentuk patogen yang sudah dikenal menimbulkan gejala layu adalah Fusarium oxysporum.
Pada musim tanam 1991/1992 di kebun percobaan Karangploso muncul penyakit layu yang penyebabnya belum diketahui karena belum berhasil diisolasi pada medium buatan dan juga belum ditemukan struktur yang dapat digunakan untuk identifikasi. Penyakit ini kelihatannya berbahaya karena proses kematian tanaman sangat cepat (kurang lebih satu minggu). Untuk mengenal lebih jauh gejala penyakit ini dan membandingkannya dengan berbagai penyakit layu yang disebabkan oleh pathogen berbeda, berikut ini akan diuraikan lebih rinci gejala dan usaha pengendalian penyakit berdasarkan penyebabnya. Penyakit ini tidak menimbulkan kerugian yang terasa. Setelah dilaksanakannya IKR penyakit yang pernah dilaporkan di Lumajang, Malang. Asembagus dan Sulawesi Selatan.
Penyakit layu Fusarium merupakan penyakit yang sangat merusak dan paling berbahaya yang menyerang tanaman kapas di seluruh dunia. Upaya untuk mengendalikan penyakit tersebut telah banyak dilakukan, antara lain secara kimiawi dan eradikasi, namun keefektifannya masih diragukan.

C. SEBARAN WILAYAH

Di Indonesia, penyakit ini sudah diketahui sejak tahun 1910 di pulau Selayar, Sulawesi Selatan (Semangun,1989) dan setelah itu penyakit ini juga ditemukan tersebar di pulau Jawa. Di Provinsi Lampung, penyakit layu Fusarium pada pisang pertama kali dilaporkan pada tahun 1993 (Aeny,dkk,1999) dan sampai sekarang masih merupakan masalah yang serius karena belum berhasil dikendalikan.

D. PENYEBAB PENYAKIT LAYU FUSARIUM

Penyakit ini ditimbulkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f. Vasinfectum (Atk) Snyder dan Hansen. Cendawan ini dapat bertahan pada zat organik dalam tanah, terutama pada tanah agak asam atau netral. Infeksi umumnya terjadi melalui akar, terutama melalui luka yang ditimbulkan oleh nematoda, walaupun cendawan ini dilaporkan dapat menyerang akar sehat secara langsung. Bila patogen sudah masuk ke dalam akar, maka ia menyebar kebagian-bagian atas tanaman sehingga mencapai tangkai dan urat daun . Adakalanya patogen tersebut masuk ke dalam buah dan dapat menembus biji. Biji-biji yang tertulari ini, bila digunakan sebagai benih , merupakan unsur penyebar yang utama.



E. GEJALA PENYAKIT

Gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi cokelat keabuan lalu tangkainya membusu, tanaman layu, daun menguning dan mengering mulai dari daun bagian bawah merambat ke daun bagian atas, dan akhirnya mengakibatkan kematian tanaman. Potongan batang melintang pada tanaman yang sakit menunjukkan warna coklat melingkar di sekeliling pembuluhnya. Penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam jadi ber-pH rendah. Kondisi tersebut membuat cendawan fusarium oxysporium leluasa berkembang..
Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan cara mengganti media tanam. Dapat juga dengan menyiramkan fungisida Derosol 500 SC dosis 1,5 ml/l setiap 2 minggu. Bisa juga diatasi dengan menyemprotkan fungsida Folicur 25 WP 1-2 g/l atau Folocur 250 EC 1-2 ml/l atau Delsane MX 200 dosis1 g/l. Penyakit ini dapat dicegah dengan menyiramkan Folicur 250 EC dengan konsentrasi 2 ml/l setiap 2 minggu sekali

F. TANAMAN INANG

Jamur penyebab penyakit layu Fusarium mempunyai inang yang sangat luas seperti anggrek, kubis, caisin, petsai, cabai, pepaya, kelapa sawit, lada, kentang, tomat, pisang dan jahe. Spesies ini mempunyai inang yang sangat luas dan dapat menginfeksi ratusan spesies pada banyak famili tanaman. Tanaman inang paling penting secara ekonomi adalah tanaman dari famli Solanaceae.\

G. FAKTOR YANG BERPENGARUH

1. Penyebab Penyakit Faktor Lingkungan
Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan fisik atau kimia maka biasanya penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan waktu, sedang kecepatan perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon, jenis faktor penyebab penyakit serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor penyebab tersebut dari kondisi yang cukup baik untuk perkembangan pohon yang bersangkutan. Makin besar penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah dan mungkin makin beratlah penyakit yang ditimbulkannya. Tiap jenis pohon memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon yang semula pada umur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.
a. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahanterhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.
b. Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi dibanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebutmenghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.
c. Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).
d. Pengaruh Kelembaban
Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati. Tumbuhan yang lemah karena kekeringan juga lebih rentan terhadap serangan patogen dan serangga tertentu.

Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan. Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari. Pepohonan yang dapat mati karena tergenang air, tetapi biasanya muncul kerusakan lebih lambat yaitu selama beberapa minggu jika akar tergenang terus-menerus.
Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang. Suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.


Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.
Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen) atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak).
Defisiensi Hara pada Tumbuhan
Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan yang normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur makro, sedangkan yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, molibdenum dan klorin dalam jumlah kecil yang disebut unsur mikro. Jenis gejala yang dihasilkan oleh defisiensi hara tertentu terutama tergantung pada fungsi unsur tersebut di dalam tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut mungkin menghambat atau mengganggu apabila unsur-unsur tersebut terbatas. Gejala tertentu biasanya sama pada defisiensi beberapa unsur, tetapi ciri-ciri diagnostik lain biasanya berhubungan dengan defisiensi unsur tertentu.



B. Penyebab Penyakit oleh Faktor yang Dapat Menular
Bagi penyakit yang disebabkan oleh faktor yang dapat menular, berhasil atautidaknya suatu penyakit berkembang pada suatu pohon atau pertanaman tergantungpada tiga faktor yaitu sifat genetik pohon, keganasan (virulensi) patogen dankeadaan lingkungan.
Sifat Genetik Pohon
Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain. Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik di dalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon. Ketahanan suatu jenis pohon terhadap serangan suatu jenis patogen tidakselalu sama pada semua umur. Contoh yang khas adalah penyakit lodoh yangdisebsbkan oleh Pythium spp., Phytophthora spp., Fusarium spp. dan Rhizoctoniaspp. yang hanya terjadi pada kecambah.
Keganasan Patogen
Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon.





H. PENGELOLAAN PENYAKIT

Pengendalian penyakit benih : Perlakuan dengan benomil dilaporkan di Taiwan dapat mengeradikasi inokulum. Di Maroko perlakuan benih dengan 2 % Na-hipoklorit dilaporkan dapat mengendalikan penyakit.
1. Peranan karantina.
Penyakit layu Fusarium merupakan penyakit yang menimbulkan banyak kerugian dan terdiri dari beberapa ras maka penyebaran penyakit melalui lalu lintas benih perlu mendapat perhatian dari pihak karantina.
2. Peranan Fisis.
Pengendalian secara fisis dapat dilakukan dengan sterilisasi media tumbuh, misalnya dengan uap air panas agar tanaman bebas dari OPT yang dapat ditularkan melalui media tumbuh.
3. Mekanis.
Pengendalian secara mekanis dilakukan bilamana serangga hama dijumpai dalam jumlah terbatas. Misalnya dengan mencari dan mengumpulkan ulat tanah dan siput pada senja atau malam hari untuk dimusnahkan, pemasangan perangkap likat berwarna kuning untuk mengendalikan hama pengorok daun, dan memasang perangkap ngengat ulat grayak berupa sex pheromon. Pengendalian secara mekanis juga dilakukan dengan memotong bagian tanaman yang terserang berat atau yang menunjukkan gejala penyakit, mencabut tanaman yang terserang virus, kemudian dimusnahkan.
4. Kultur Teknis.
Pemeliharaan tanaman perlu diperhatikan agar tanaman dapat tumbuh lebih baik. Pergiliran tanaman dapat dilakukan untuk mengendalikan hama pengorok daun. Pemupukan yang berimbang, sanitasi lingkungan, dan menjaga kerapatan tanaman perlu juga diperhatikan, sehingga kelembaban lingkungan tidak memungkinkan patogen untuk berkembang. Luka pada tanaman terutama pada saat penyiangan gulma dan pengolahan tanah sebaiknya dihindari, demikian juga hindari menanam bibit yang berasal dari tanaman sakit. Penggunaan varietas tahan dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit karat hitam, yaitu kultivar nomor 124, nomor 146, nomor 147, Sandra, Puma White, Tiger, Yellow West, dan Rhina.
5. Kimiawi
Untuk pengendalian OPT krisan dapat dipilih jenis pestisida yang tepat sesuai dengan organisme pengganggu tumbuhan yang akan dikendalikan. Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman krisan. Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut, disucihamakan dengan formalin 2 % atau desinfektan lainnya.
6. Hayati
Pemanfaatan musuh alami jenis Eulophidae dan Braconidae untuk hama pengorok daun, dan Coccinellidae atau kumbang macan untuk Thrips sp. Tanah dapat diinfestasi dengan Gliocladium sp., dan sebelum tanam bibit tanaman dicelupkan ke dalam suspensi Pseudomonas fluorescen, untuk mencegah penyakit layu Fusarium sp.














DAFTAR PUSTAKA
Melyetty. 2009. PENGAMATAN DAN PENGENDALIAN OPT KRISAN. http://www.dipertahorsumbar.web.id/home/PENGAMATAN%20DAN%20PENGENDALIAN%20OPT%20KRISAN.pdf, diakses tanggal 03 November 2010
Semangun, Haryono. 1988.Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Yogyakarta.Gadjah Mada University Press























LAMPIRAN


Pohon kapas yang belum terserang penyakit layu Fusarium oxysporum

















Gambar: Gejala Layu Fusarium pada tanaman kapas